TINELO.ID, POHUWATO – Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh kalangan penambang baik di kantor DPRD dan kantor Bupati diduga ditunggangi oleh penumpang gelap yang memanfaatkan situasi demonstrasi tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Korps HMI Wati (Kohati) Badan Kooordinasi (Badko) Sulawesi Utara-Gorontalo (Sulut-Go), Linka Lakadjo. ia meyakini ada penumpang gelap di balik aksi rusuh di beberapa tempat.
Menurutnya, penambang tidak mungkin melakukan aksi anarkistis dan pembakaran seperti yang terlihat pada aksi Kamis, (21/9/2013) kemarin.
Tentu kalau aksi yang menghadirkan, melahirkan, menimbulkan dampak kerusakan, chaos, itu dugaannya ada yang menyusupi.
“Saya beberapa kali melihat secara langsung maupun saya baca di beberapa media online gerakannya damai, gerakan tanpa anarkisme, gerakan intelektual dan gerakan moral,” kata Linka kepada wartawan media ini, Minggu (24/09/2023).
Dia menduga, ada penyusup dalam aksi unjukrasa tersebut untuk mendelegitimasi pemerintah atau menjatuhkan citra penambang. Saat disinggung siapa pihak dibalik itu, Linka mengaku tidak mengetahuinya.
“Saya tidak bisa menuduh siapa di belakang itu karena saya harus berdasarkan fakta. Tapi kalau ada kerusuhan, ada di situ penumpang gelapnya. Siapakah orangnya? Jujur tidak tahu,” jelas Ketua Kohati Badko HMI Sulut-Go yang biasa disapa Linka.
Tak sampai disitu, melihat keadaan tersebut, ia meyakini bahwa pihak keamanan saat ini sedang berusaha kooperatif dalam mencari siapa dalang dari insiden tanggal 21 sepetember 2023 yang telah memicu kerugian di semua pihak di Pohuwato dan berharap seluruh lapisan elemen masyarakat bisa membantu pihak keamanan dalam mengusut tuntas mencari dalang pada insiden tersebut.
“Dan untuk pemerintah pun saat ini dengan berbagai macam narasi yang berusaha menyerang stabilitas pemerintahan, saya rasa Pemerintah tetap konsisten dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat tanpa harus merasa terganggu sedikitpun dan berharap pemerintah akan segera mendapatkan solusi yang di butuhkan oleh masyarakat saat ini,”kata Lisa.
“Dan penambang-pun kami rasa merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan tanpa harus terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang berusaha mencoreng nama baik penambang lokal. Sebab kita adalah masyarakat gorontalo yang menjunjung tinggi adat “bersendikan syara dan syara bersendikan qitabullah”.
“Sehingganya kita semua berharap agar kericuhan tidak akan terjadi lagi. Untuk itu Mari kita berusaha memahami perbedaan pendapat dengan damai, berdialog, dan mencari solusi bersama. Dengan saling menghormati dan bekerja sama, kita bisa membangun masyarakat yang lebih harmonis dan aman untuk semua,”harap alumni mahasiswa Universitas Ichsan Gorontalo itu.